gie dan puisi II

akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku

kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin

apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat

lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua,
yang tua dan terlena dalam mimpinya.
kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita

apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta

haripun menjadi malam
kulihat semuanya menjadi muram
wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu

manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru

Post a Comment

Music